Selasa, 29 Agustus 2017

For the Sake of Ginkgo Leaves (FICLET)



by Shin Eun So (Nugichan @wattpad)

WannaOne’s Kim Jaehwan, OC’s Lee Nami, UP10TION’s Wooshin | Hurt | Ficlet

Demi daun ginkgo yang berjatuhan pertanda musim gugur hampir berakhir, Jaehwan hanya tahu dua hal yang dapat membuat kedua manik gadis itu menjadi begitu sembab, karena nilai rapotnya merah atau salah satu koleksi pohon bonsai kesayangannya mati. Namun tidak untuk kali ini, gadis yang telah tumbuh bersamanya selama 17 tahun itu memiliki alasan lain untuk menangis. Ya, sekarang Nami adalah gadis remaja yang mulai mengenal apa itu jatuh cinta dan patah hati.

“Wo.. Wooshin, dia kembali ke Amerika.”

Angin musim gugur menerbangkan helaian rambutnya yang panjang, hingga  beberapa darinya menempel di pipinya yang basah. Bahkan gonggongan Tomiko tak mampu membuat bibir gadis itu melengkung keatas seperti yang biasa ia tunjukkan. Jaehwan menyadari betapa redupnya suasana hati gadis itu sekarang, dan satu sisi hatinya tidak menyukai hal itu.

“Aku yakin ini belum terlambat Nami,  Aku akan menemui Wooshin. Kau, berjanjilah untuk tetap disini. Kajja, Tomiko”

Jaehwan segera menarik tali anjingnya yang berjenis golden retriever dan berlari melewati Nami. Seakan mengerti, kaki-kaki lincah Tomiko berlari mendahului, membuat Jaehwan mempercepat jejakkan kakinya. Mengapa aku harus berlari?. Satu pertanyaan itu seakan memperberat langkahnya, ada rasa sesak yang muncul di rongga dadanya, bebaur dengan pacuan detak jantung yang semakin cepat. Namun bayangan wajah Nami dengan mata sembabnya menjadi satu keyakinan bagi Jaehwan.

 Sure, I’ll change things like fate

Jaehwan menarik kencang tali Tomiko untuk berbalik arah ketika melihat mobil silver melaju melewati jalan Samcheodong. Sebuah jalan kecil di tengah hutan kota dipilih mereka sebagai jalan pintas. Jaehwan merasa kakinya semakin berat, kepalanya mulai terasa pening, dan nafasnya semakin keras berhembus. Namun ketika melihat begitu bersemangatnya Tomiko membuatnya tak berniat untuk berhenti. Ia bahkan tak bisa memperhatikan rintangan di depannya, hingga kakinya menyenggol sebuah batu berukuran cukup besar dan membuatnya terjatuh, tali leher Tomiko terlepas bagitu saja dari genggamannya.

Jaehwan meringis, dan mencoba menegakkan tubuhnya kembali. Ditengah helaan nafasnya yang masih belum beraturan, sebuah peristiwa menambah tingkat hormon adrenokortikotropik dalam tubuhnya. Ia menyaksikan sendiri sebuah mobil menghempas tubuh Tomiko jauh ke jalanan. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Detik itu juga Jaehwan merasa pikirannya kosong, bahkan saat berlari pun ia merasa kakinya tak menapak tanah. Pandangannya kini hanya tertuju pada tubuh Tomiko yang tergeletak tanpa gerak di jalan. Namun saat Jaehwan melihat sosok keluar dari mobil yang berhenti tak jauh dari Tomiko, ia merubah arahnya.

“Wooshin…. ke taman lah sekarang. Nami … dia menangis” Jaehwan memegang erat kedua bahu Wooshin, mencoba mengabaikan segala perasaan yang bergejolak hebat di dadanya.

“Nami? Ada apa dengannya?” Wooshin belum sepenuhnya memahami keadaan.

“Dia benar-benar kacau. Kumohon temuilah dia sekarang.”

Terdengar jelas getaran pada suara terakhir Jaehwan, melepas sosok Wooshin yang segera berlari cepat ke arah taman. Bahkan ia tak menghiraukan teriakkan kakaknya yang mengingatkan jam keberangkatan pesawat mereka menuju Amerika.

“Apa ini anjingmu?”

Pertanyaan dari kakak Wooshin seakan kembali memukul keras dadanya. Ia berbalik dan berjalan gontai, mendekati sosok Tomiko yang terlihat damai dengan mata terpejam, hingga lututnya tak mampu lagi menopang tubuhnya, ia pun jatuh tersungkur ke jalan dengan tangisan yang tumpah.  

~~~

Demi pesona daun ginkgo yang berwarna kuning keemasan diterpa mentari sore. Jaehwan hanya tahu dua hal yang dapat membuat dirinya merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Senyum gadis itu dan tingkah manja Tomiko.  Namun kini ia harus memilih diantara keduanya.

“Aku tak tau apa jadinya jika kau tidak bertemu Wooshin. Mungkin aku tidak akan pernah menyatakan apa yang kusimpan selama ini. Aku bahkan mengira takdir tak akan mempertemukan kami”

Akhirnya, Jaehwan bisa melihat kembali senyum manis gadis itu, walau dengan alasan yang tak dapat diterima hatinya.

Chukae. Percayalah pada sebuah takdir yang didapatkan manusia dengan tindakannya.”

Jaehwan mengakui, dirinya masih tak bisa lepas dari kedua obsidiannya yang terlihat bersinar ketika tersenyum. Sekalipun ia tak menggeser pandangannya hingga mata gadis itu tertuju pada tali leher Tomiko yang tergeletak di atas bangku.

“Apa Tomiko lepas lagi? Aishh.. anjing nakal itu. Jaehwan-ah, aku akan membantumu mencarinya.”

Jaehwan tidak bisa lagi menatap lekat indahnya manik gadis itu ketika ia berpaling dan berlari kecil sambil meneriakkan nama Tomiko. Hingga pandangannya tergantikan dengan helai-helai kuning keemasan yang melayang indah kemudian bercampur dengan helaian lain yang mulai berwarna kecokelatan. Entah kenapa, Jaehwan ingin menjadi satu dari helaian itu, walau ditakdirkan luruh ke bumi, dedaunan ginkgo jatuh dalam wujud dan warna aslinya, menciptakan karpet emas yang mampu membuat orang menyadari betapa indah dan hebatnya mereka.


     -  FIN -

Jujur, ini pertama kalinya saya bikin Ficlet, ternyata susah juga menuangkan ide dalam ruang terbatas. Jadi mohon dimaklumi atas segala kekurangannya yaa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar